wah, dari pada lupa tentang apa yang ada di pikiran gw, gw cerita dah
kali ini yang gw cerita disini adalah tentang pengalaman live in gw dan sekolah gw di Jurang jero, Wonosari. tentu kelihatan klise cerita ini, udah sering didengar oleh khalayak luas, tapi gak ada salahnya kalo diceritakan.
kegiatan Live in ane di desa ini, waktu pertama kali datang dan disambut oleh warga, memang sangat exciting. Jalanan menuju rumah semang kita pun cenderung "exciting" haha, bahaya banget lah.
dan sampe dirumah......
ada Ibu Suradji, yang menyabut kita beserta anak-anaknya. tapi hal pertama yang menyenangkan, tentang cara penyambutan mereka. Sangat ramah dan bagai menyambut anak yang telah lama hilang. memang dianggap menjadi keluarga sendiri.
yang lebih keren lagi, tempat kita tinggal berhadapan dengan gunung bunder. Rumah yang indah. keinget peribahasa, berakit-rakit dahulu, berenang-renang ketepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian.
emang track yang kita jalani berat dan berbahaya, dan kalau salah dikit, ya jatoh ke jurang. Banyak temen-temen gw bilang, wah lu susah naik kalo kaya gini. emang pertama gw ngeluh. tapi apa guna, emang harus dijalani, ya harus dilaksanakan.
yang kita alami. dimana jalan satu-satunya adalah menjalaninya, bukan
melarikan diri dari masalah itu"
yang gw lakukan, hanyalah diam dan naik. dalam hati, yang penting sampe dah. memang sulit tapi gw harus jalani sendiri.
dari kegiatan live-in sekolah gw, gw merasa tertantang untuk mencoba menjalani kehidupan sementara, tanpa ada assist dari orang tua. karena jujur selama ini gw selalu dapet assist. contoh: mau jalan deket, ada motor, jauh ada mobil, dan tinggal memperjuangkan ijin dari mereka, dan minta-minta duit deh. emang pas di depan orang kita keliatan hebat, tapi gw, dan kita harusnya sadar, kalo itu semua bukan hasil kita. semuanya jeripayah orang, dan kita berleha-leha di atasnya.
mungkin dari motivasi itu gw pengen test diri gw. gw mencoba melawan berat badan, kejiwaan, dan penyakit asma yang udah lama mengendap di diri gw dari gw masih bayi. semua tau, tiap gw jalan, suara nafas gw dah kaya orang mau mati aja. tapi gw bilang gak apa-apa. pas di tanya soal asma, gw bilang kalo udah lama sembuh. tapi gak apa, yang penting gw bisa test diri gw sendiri.
di dalam keluarga yang gw tinggali. rumah kita termasuk pelosok, dan sulit dijangkau. tapi yang bikin tertarik, adalah tiap anak-anak sekitar rumah harus jalan minimal 3 kilo ke rumahnya. dan yang itu memang hebat dari mereka. salut gw.
dan gw lihat persatuan dan kesatuan yang ada di dalam diri tiap masyarakat sangat hebat. dibandingin masyarakat kota, gak ada apa-apanya.
Penutup
Perjalanan Live in gw sangat berkesan karena banyak nilai moral yang kami dapatkan di Live In ini, karena kami dapat melihat perjuangan dalam hidup dari hal yang sangat kecil hingga hal besar. Kegiatan ini mengingatkan kami untuk bersyukur dalam keadaan kami, apapun itu. Karena diluar masih banyak orang yang lebih sulit dibandingkan kami. Moral lain yang gw dapat adalah dari persatuan dari tiap warga. Ketika kata individualisme asing ditelinga mereka. Hanyalah persatuan dan persaudaraan yang ada pada mereka, sehingga terlihat adanya kebahagiaan yang murni yang mereka rasakan, yang tercipta tulus dari hati.
emang sebuah ironi, orang desa ingin ke kota, orang kota ingin di desa
